FILSAFAT SEBAGAI DASAR METODOLOGI PENELITIAN AKUNTANSI
Minggu lalu saya jadinya harus presentasi didepan mahasiswa-mahasiswa. Aku pikir sudah terlalu tua diri saya. Tapi tak apalah. Makalah yang dikerjain hanya 1 minggu.
Selamat membaca....
1. Pergeseran Arah Penelitian
2. Klasifikasi Metodologi Penelitian
A. Interpretive
B. Radical Humanis dan Strukturalis
3.
Pendekatan
Mainstream atau Positivis
4. Teori sebagai Struktur
5. Filsafat Ilmu dan Perkembangan Akuntansi
Kesimpulan yang berbeda ku dapat setelah presentasi bahwa ilmu sifatnya selalu berkembang, bukan berubah-ubah. Mungkin mengambil catatan dari Sang Mahatma Ghandi : Pelaksanaan tugas oleh seseorang sebaiknya tidak tergantung pada pendapat umum. Selama berpegang pada pendirian untuk bertindak sesuai dengan anggapan yang diyakini benar, walau untuk orang lain mungkin tampaknya keliru...
(semoga kamu membaca ini dan kembalilah...)
^_^
Selamat membaca....
1. Pergeseran Arah Penelitian
Pendekatan klasikal yang lebih menitikberatkan
pada pemikiran normative mengalami kejayaannya pada tahun 1960-an. Dalam tahun1970an
terjadi pergeseran pendekatan dalam penelitian akuntansi dalam penelitian
akuntansi. Alasannya adalah bahwa pendekatan normativ yang telah Berjaya selama
satu decade tidak dapat menghasilkan teori akuntansi yang siap dipakai dalam
praktek sehari-hari dan adanya “move” dari komuniti peneliti akuntansi yang
menitikberatkan pada pendekatan ekonomi dan perilaku (behavior). Pendekatan
normative mapupun positif hingga saat ini masih mendominasi dalam penelitian
akuntansi. Hampir semua menggunakan pendekatan mainstream dengan ciri khas
menggunakan model matematis dan pengujian hipotesis walau pendekatan ini pada
dasarnya tidak mempercayai dasar filosofi yang digunakan oelh pengikut
pendekatan mainstream. Sebagai gantinya, mereka meminjam metodologi dari
ilmu-ilmu sosial yang lain seperti filsafat, sosiologi, antropologi untuk
memahami akuntansi.
2. Klasifikasi Metodologi Penelitian
Kerangka pengelompokan yang dikembangkan oleh
Burrel dan Morgan (1979) yang mereview dan mengelompokkan penelitian dalam
bidang ilmu organisasi menurut teori yang melandasi dan anggapan-anggapan
filosofisnya dan dipakai untuk mengelompokkan dan mereview
penelitian-penelitian yang berhubungan dengan aspek-aspek sosial dan organisasi
manajemen dan akuntansi. Kerangka yang disusun dari dua dimensi independen
berdasar atas anggapan-anggapan dari sifat ilmu sosial (ontology, epistemology,
aksiologi, sifat manusia dan metofologi) dan sifat masyarakat.
A. Interpretive
Pendekatan interpretive berasal dari filsafat
Jerman yang menitikberatkan pada peranan bahasa, interpretasi dan pemahaman didalam
ilmu sosial. Pendekatan ini memfokuskan pada sifat subjektif dari social world
dan berusaha memahaminya dari kerangka berpikir objek yang sedang
dipelajarinya. Jadi fokusnya pada arti individu dan persepsi manusia pada
realitas bukan pada realitas independen yang berada diluar mereka. Manusia
secara terus-menerus menciptakan realitas sosial mereka dalam rangka
berinteraksi dengan yang lain. Tujuan pendekatan interpretive tidak lain adalah
menganalisis realitas sosial semacam ini dan bagaimana realitas sosial tersebut
terbentuk.
B. Radical Humanis dan Strukturalis
Dibandingkan dengan pendekatan fungsional dan
interpretive, pendekatan radical memandang masyarakat terdiri dari
elemen-elemen yang saling bertentangan satu sama lain dan diatur oleh system
kekuasaan yang pada gilirannya menimbulkan ketidakadilan dan keterasingan
(alienation) dalam segala aspek kehidupan. Pendekatan
A.
Induktivisme
Menurut Chalmers
(1991) selama tahun 1920an positivisme telah berkembang menjadi filsafat ilmu
dalam bentuk positivisme logis (logical positivism)Teori ini dikembangkan oleh
Lingkaran Vieanna (Vieanna circle) yang merupakan kelompok ilmuwan dan filosof
yang dipimpin oleh Morizt Schlick. Logical positivism menerima doktrin utama
“verification theory of meaning” yang dikembangkan oleh Wittgenstein. Teori
verifikasi menyatakan bahwa pernyataan atau proposisi memiliki arti hanya jika
mereka dapat diverifikasi secara empiris. Kriteria ini digunakan untuk
membedakan antara pernyataan scientific (meaningful) dan pernyataan metafisis
(meaningless).
Proses
pengambilan kesimpulan umum (universal) yang didasarkan pada hasil observasi
dinamakan induksi. Pemakaian induksi untuk membuat suatu kesimpulan umum dapat
diterima kebenarannya jika kondisi tertentu dipenuhi, yakni :
-
Jumlah
observasi banyak
-
Observasi
harus diulang pada kondisi yang luas (berbeda-beda)
-
Hasil
observasi tidak ada yang bertentangan dengan teori universal yang dihasilkan
B.
Falsifikasionisme
(Falsificationism)
Pendekatan
falsifikasi dikembangkan oleh Karl Popper, yang tidak puas dengan pendekatan
induktif. Menurut Popper, tujuan penelitian ilmiah adalah untuk membuktikan
kesalahan (falsify) hipotesis, bukannya membuktikan kebenaran hipotesis
tersebut. Oleh karena itulah pendekatan ini dinamakan falsifikasionisme. Untuk
mengatasi masalah yang dihadapi Empirisme Logis, Karl Popper menawarkan metode
alternative untuk menjustifikasi suatu teori. Proses ilmu berawal dari
observasi yang berbenturan denga teori yang ada atau prakonsepsi (preconception).
Jika hal itu terjadi, maka kita dihadapkan pada maslaah ilmu pengetahuan. Teori
kemudian diajukan untuk memecahkan masalah ini dan hipotesis diuji secara
empiris yang tujuannya untuk menolak hipotesis. Jika peramalan teori itu
disalahkan (falsify), maka teori tersebut ditolak.
Dengan kata
lain, teori menurut pendekatan ini adalah hipotesis yang belum dibuktikan
kesalahannya. Teori bukanlah sesuatu yang benar atau factual, tetapi sesuatu
yang belum terbukti salah. Jika suatu teori diterima, maka teori tersebu harus
menyajikan hipotesis yang mungkin dapat dibuktikan kesalahannya. Menurut
Falsifikasionisme ilmu berkembang secara pendugaan (conjecture) dan penolakan
(refutation) atau secara trial and error. Tujuan ilmu adalah memecahkan
masalah. Pemecahan masalah tadi diwujudkan dalam teori yang mungkin akan
disalahkan secara empiris. Teori yang bertahan dan tidak dapat disalahkan akan
diterima secara tentative untuk memecahkan masalah.
4. Teori sebagai Struktur
A.
Riset
Program Imre Lakatos
Konsep Lakatos tentang
“research programme” beralih dari teori tunggal. Teori dipandang sebagai sebuah
struktur yang terdiri dari asumsi-asumsi dasar, dan seperangkat hipotesis
tambahan (auxiliary hypothesis) yang khusus didesain untuk melindungi inti
teori dari falsifikasi (penolakan). Struktur seperti ini memberikan arahan
riset kedepan. Dengan teorinya ini Lakatos percaya bahwa dia menawarkan “a new
rational reconstruction of science”.
1). Hard Core
dan Negative Heuristic
Hard core
merupakan komponen inti dari riset program yang berisi asumsi-asumsi dasar dari
riset program yang berisi definisi karakteristik dari program dari berupa
hipotesis teoritis secara umum sebagai dasar pengembangan program. Asumsi ini
harus diterima untuk melaksanakan riset program dan asumsi ini tidak dapat
ditolak atau difalsifikasi. Kesepakatan oleh anggota riset program untuk tidak
mempertanyakan hard core ini disebut “negative heuristic”. Hard core tidak
boleh ditolak atau dimodifikasi selama pengembangan program tersebut
berlangsung.
2). Protective
Belt of Auxilary Hypotheses
Hard core dari
riset program tidak dapat difalsifikasi dan dilindungi pula oleh “negative
heuristic” mereka juga dikelilingi oleh seperangkat asumsi tambahan yang oleh
Lakatos disebut “protective belt of auxiliary hypotheses”. Hipotesis tambahan
inilah yang perlu mengalami penyesuaian-penyesuaian untuk melindungi hard core.
3). Positive
Heuristic
Berlawanan
dengan “negative heuristic”, “positive heuristic” merupakan bagian dari riset
program yang memberikan arahan bagaimana ilmuwan bekerja di sekeliling
protective belt of auxiliary hypotheses. “positive heuristic” mendefinisikan
masalah, pembentukan hipotesis tambahan, dan melihat anomaly.
4). Perkembangan
dan Kemunduran Riset Program
Lakatos juga
menetapkan cara untuk menilai apakah suatu program mengalami perkembangan atau
kemunduran.
B.
Paradigma
dan Revolusi Thomas Kuhn
Thomas Kuhn
(1972) menyadari bahwa pandangan tradisional tentang ilmu, apakah induktivis
atau falsifikasionis, semuanya tidak mampu bertahan dalam sejarah. Sejak itu
teori Kuhn tentang ilmu kemudian dikembangkan sebagai usaha untuk menjadikan
teori tentang ilmu lebih cocok dengan situasi sejarah sebagaimana ia
melihatnya. Satu segi utama dari teorinya adalah penekanannya pada sifat
revolusioner dari suatu kemajuan ilmiah – revolusi yang membuang suatu struktur
teori dan menggantinya dengan yang lain – dan bertentangan dengan yang semula.
Segi penting lainnya dari teori Kuhn adalah peranan penting yang dimainkan oleh
sifat-sifat sosiologis masyarakat ilmiah.
5. Filsafat Ilmu dan Perkembangan Akuntansi
Walaupun filsafat ilmu awalnya digunakan
didalam ilmu alam, tetapi saat ini telah dipinjam untuk menjelaskan displin
ilmu lain. Falsifikasi terhadap hipotesis berarti ada hubungan antara berbagai
variable yang diteliti. Contohnya, Purdy, Smith dan Gray (1969) meneliti
pengaruh metode disclosure dalam laporan keuangan yang menyimpang dari standar
akuntansi terhadap visibilitas laporan tersebut. Pemakaian hipotesis nol pada
awalnya terdapat dalam teori statistic tetapi hipotesis tersebut dapat
diinterpretasikan konsisten dengan pandangan Popper. Falsifikasi cenderung
lebih objektif dalam penelitian dibandingkan membuktikan kebenaran hipotesis.
Paradigma Kuhn juga sering disinggung dalam
literature akuntansi. Wells (1976) dan Flamholtz (1979) berpendapat bahwa
revolusi Kuhn sangat tepat untuk digunakan dalam memahami perkembangan
akuntansi saat ini. Kuhn mengatakan bahwa revolusi science terjadi dalam lima
tahap :
a.
Akumulasi
anomaly (pre-science)
b.
Periode
krisis
c.
Perkembangan
dan perdebatan alternative ide
d.
Identifikasi
alternative dari berbagai pandangan
e.
Paradigma
baru yang dominan
Wells berusaha mengkaitkan tahapan revolusi
dengan akuntansi dan berpendapat bahwa akuntansi berada pada tahap
“pre-science” dan selama ini tidak ada paradigm penting yang muncul dan
mendominasi akuntansi.
Akuntansi sumber daya manusia merupakan salah
satu research programmes yang muncul berdasarkan sudut pandang ekonomi
berkaitan dengan aktiva. Research programmes ini dikembangkan atas dasar
keyakinan bahwa :
a.
Karyawan
adalah salah satu sumber ekonomi yang paling penting bagi entitas
b.
Kegagalan
akuntansi dalam mengungkapkan aktiva ini merupakan suatu kelemahan
Dua keyakinan tersebut menunjukkan hard core
yaitu negative heuristic dari research programmes. Hard core tersebut
dikelilingi berbagai hipotesis/masalah yang ebrkaitan dengan hal sebagai
berikut :
a.
Cara
terbaik untuk mengimplementasikan akuntansi sumber daya manusia
b.
Bagaimana
sumber daya manusia dinilai
c.
Cost untuk
mengumpulkan informasi sumber daya manusia
d.
Manfaat
penyajian informasi sumber daya manusia dalam laporan keuangan dan lain-lain
Dari berbagai pandangan di atas jelas bahwa
dalam perkembangannya akuntansi dapat ditinjau dari berbagai pendekatan dan
melibatkan filsafat ilmu yang selama ini sering digunakan dalam ilmu alam.
Kesimpulan yang berbeda ku dapat setelah presentasi bahwa ilmu sifatnya selalu berkembang, bukan berubah-ubah. Mungkin mengambil catatan dari Sang Mahatma Ghandi : Pelaksanaan tugas oleh seseorang sebaiknya tidak tergantung pada pendapat umum. Selama berpegang pada pendirian untuk bertindak sesuai dengan anggapan yang diyakini benar, walau untuk orang lain mungkin tampaknya keliru...
(semoga kamu membaca ini dan kembalilah...)
^_^
Comments
Post a Comment