Ditanya ~~~ Kapan Nikah?
Pertanyaan itu jangan pernah
tanyakan lagi kepada orang-orang di sekitarmu, biar jadi urusannya sendiri saja. Terlintas dalam pikiranku, jika
pertanyaan itu mendesak orang, maka dia tentu dengan terpaksa akan menikah.
Banyak alasan orang jadinya menikah, bisa jadi dikarenakan desakan orang
sekeliling seperti keluarga, bisa juga dikarenakan target usia yang mungkin
sudah masuk masa kritis untuk segera punya anak atau sudah terlalu tua, atau
bisa juga dikarenakan kesepian atau dikarenakan dorongan orang-orang, atau juga
karena kamu melihat temanmu sudah membagi undangan nikah dan kamu juga kepingin
membaginya atau dikarenakan kamu keasyikan sama sex atau terpaksa hamil tanpa
direncanakan maka kamu menikah.
Semua itu salah.
Semua itu salah.
Bahkan persepsi orang bahwa
ketika menikah, maka bebas melakukan seks. Itu lebih salah besar. Menikah
bukanlah alat untuk mensakralkan seks itu saja, sangat salah besar. Buang
jauh-jauh mimpimu itu, mencoba bebaslah dengan setiap apa yang dalam pikiranmu.
Bahkan ketika orang tuamu merasa kasihan denganmu yang belum juga menikah,
sehingga menjodohkanmu dengan orang lain, itu bukan solusi.
Hidup hanya sekali, dan kita
ada di bagian kecil tata surya, jadi sangat sayang dilewatkan setiap gairah
kebebasanmu. Gairah kehidupan terlalu liar jika dibandingkan dengan mimpi dan
kenyataan. Cenderung orang-orang selayaknya drama, memainkan perannya
masing-masing dan membohongi isi hati dan otaknya dengan skenario yang
diperankan. Hanya untuk menyenangkan pembaca otobiografi kehidupanmu, maka
setiap halamannya pun diisi dengan ketertarikan khalayak umum saja. Sangat
sulit jika kita harus menyenangkan orang lain, dengan cara membohongi diri
sendiri.
Teman dekat saya sendiri
harus membohongi dirinya sendiri dengan kenakalan pikirannya dengan cara
menikah. Mimpi untuk banyak hal seperti kelayapan malam hingga subuh pun tidak
bisa lagi dilakukan. Atau untuk meminum kopi saja, dia harus berbohong dengan
alasan kesehatan dan hanya bisa menghirup wanginya candu kopi yang setiap pagi
hanya dirasakan sesendok saja saat menyuguhkannya untuk suaminya. Serasa
patriarki menyatakan bahwa laki-laki adalah segalanya, namun pengertian
mendasarnya jauh dari realita yang meletakkan perempuan tidak sejajar tulang
rusuknya seperti cerita-cerita penciptaan dulunya.
Sangat disayangkan ketika
hanya satu kali saja terjadi laki-laki melahirkan perempuan dari tulang
rusuknya dalam masa penciptaan itu, dan kemudian perempuan harus dinistahkan
oleh ketidakberadaban realita yang simpang siur. Kalau memang laki-laki tidak
menginginkan perempuan atau meletakkannya lebih rendah darinya, maka perlu
dievaluasi proses penciptaan.
Pengikat antara manusia
sangat tidak relevan kalau harus dipaksakan dengan doktrin-doktrin lama.
Usangnya doktrin tidak terbantahkan dengan keinginan manusia yang sangat tinggi
untuk mengetahui hal-hal baru. Patahnya teori lama, ketika diuji kebenarannya
dengan kebenaran versi baru. Bahkan doktrin-doktrin lama bisa jadi berubah
menyesuaikan dengan kebutuhan manusia.
Kaji kembali gejolak
peradaban yang juga mengalami keunikan pada setiap masa. Jika cinta membuatmu
ingin menggali banyak hal dan membuat semangatmu menggebu, lakukanlah tanpa
ikatan aneh. Seperti gajah yang kakinya diikat dengan pohon sejak kecil, apakah
hingga besar dia akan hidup dengan ikatan dikakinya atau mencoba berontak dan mengetahui
hal baru di luar sana. Atau seperti telor burung merpati yang jatuh ke kandang
ayam dan menetas bersama anak ayam, sepanjang hidupnya dia hanya bisa berjalan
dan mematok makanan dan tak pernah berani mengepakkan sayapnya untuk terbang
melihat bumi.
Jadi kapan nikah???
Comments
Post a Comment