Malam di Komnas Perempuan
Aku tertegun dengan dialekku saat ini. Mungkin sudah jenuh mencari referensi kata baru, sehingga sering lupa dengan hal lama. Bersyukur buat setiap hari yang unik dan seru, dikala banyak kegagalan, masih banyak yang mengasihi kita. Entah itu sadar atau tidak, semangat untuk kita tak pernah habis. Remah-remah kehidupan yang sudah dipungut bahkan masih tetap berguna ternyata. Setiap keputusasaan itu masih berbuah juga.
Dinding malam semakin hari semakin seru untuk segera dilewatkan mendapatkan senja keesokan harinya. Walau waktu seperti dimakan rayap. Tak apalah. Namanya juga kita ada di bumi yang bagian yang sangat kecil dari tata surya ini. Menikmati setiap cinta yang datang dan pergi. Elegi ini hidup, seperti skenario yang dibuat saja dan mainkan peranmu. Jika bosan, bisa meminta peran baru atau bisa jadi sebagai pemeran pengganti.
Malas rasaku mencari-cari arti cinta tanpa tau sang filsuf memberi landasan dasar pengertian kata itu apa. Yah mau dilogikakan juga terlalu mewekk... Alay lah pokoknya kata anak sekarang ini. Bahkan memahami gender pun aku tak tuntas. Aku malas berdebat melihat orang ingin memaksakan kehendak pengertian dasar yang dia pahami tanpa kajian panjang kali lebar dan hasilnya luas seluas-luasnya.
Datang dari setiap drama yang kumainkan dari kegundahan skenario, tak mengerti juga mengapa terlalu mudah memahami karakter dan keinginan orang-orang. Mungkin karena sifat suka menilai yang tidak jelas ini. Mungkin ini karunia. Yap, nikmati dan bersorak ulalalalalalala.... Kalau sudah berpijak, jangan lupa pegangan.
Malam ini, menikmati pemandangan layar komputer sangat menarik hingga tak ingin dikejar waktu untuk pulang. Atau mungkin ini pelarian dari macetnya kota ini. Pernah?
Comments
Post a Comment