Bronis kesukaanku
Hari ini hujan turun lagi seperti beberapa hari yang lalu. Teringat dengan ceritaku beberapa malam yang lalu sepulang dari kantor. Hari itu janjian dengan Ibu Rita yang bakal bawa kue bronis karya anaknya yang jurusan tata boga. Kue kesukaanku, pikirku dengan harga Rp 25.000,00 ku ajukan pembelian. Dengan rencana awal akan dibagi ke teman-temanku yang akan ngeteh saat malam tiba, tapi tiba-tiba mereka cancel pertemuan malam itu karena beberapa kesibukan mereka. Tidak beranjak dari monitor kantor, aku cari event malam ini dimana dan kapan. Nemu usulan teman untuk diriku sendiri nonton di Goethe Institut :
Sebelum Pagi Terulang Kembali
Sutradara: Lasja F. Susatyo
Pemeran: Alex Komang, Nungky Kusumastuti, Ringgo Agus Rahman, Teuku Rifnu Wikana, Adinia Wirasti, Fauzi Baadilla, Ibnu Jamil, Mari Oentoe, Maryam Supraba
Selasa, 24 Maret 2015, 19.00 WIB
GoetheHaus, Jalan Sam Ratulangi No.9-15
Jakarta
Pemutaran ini akan dihadiri oleh sutradara/produser film
Trailer:
https://www.youtube.com/watch?v=etgSmfV2Rog
Rekomendasi : Filmnya keren dan banyak nilai positifnya.
Kenyang di perut akhirnya membuat rasa ngantuk harus diganjal untuk bisa bertahan mandi sejenak. Dan pulasnya perutku malam itu, ditemani pembacaan 2 paragraph buku manis "Tatapan Perempuan --- Perempuan sebagai penonton budaya populer" karya Lorraine Gamman dan Margaret Marshment yang aku pinjam dari teman. Buku yang mengulas kondisi perempuan dan penerimaan perempuan dari beberapa masa.
GoetheHaus, Jalan Sam Ratulangi No.9-15
Jakarta
Pemutaran ini akan dihadiri oleh sutradara/produser film
Trailer:
https://www.youtube.com/watch?v=etgSmfV2Rog
Rekomendasi : Filmnya keren dan banyak nilai positifnya.
Aku pulang jam 9.30 WIB dari Goethe dan beranjak pulang. Ketika lampu merah Salemba Raya memintaku berhenti, melihat 4 anak kecil masih ada di persimpangan jalan bermain-main. Teringat dengan kue bronis yang ada di tasku, masih sedikit sekali aku makan, tapi rasa lapar yang aku pikir dirasakan anak-anak itu membuatku merasa sudah kenyang. Akhirnya rasa kenyangku membuatku memanggil adik-adik itu, dihampirinya aku dan bronis kesukaanku kuberikan.
Rasaku makanan itu tak terlalu berpengaruh lagi untuk perutku karena rasa kantukku sangat tinggi. Dan perjalanan pulang, malah aku lihat ada penjual mie rebus kesukaanku dikala itu hanya ada 1 orang pembeli. Biasanya pembelinya bisa antri panjang. Karena sepi, jadinya aku menepi dan pesan 1 mie rebus kesukaanku~ tidak pakai mecin, tidak pakai kol, tidak pakai pete.
Kenyang di perut akhirnya membuat rasa ngantuk harus diganjal untuk bisa bertahan mandi sejenak. Dan pulasnya perutku malam itu, ditemani pembacaan 2 paragraph buku manis "Tatapan Perempuan --- Perempuan sebagai penonton budaya populer" karya Lorraine Gamman dan Margaret Marshment yang aku pinjam dari teman. Buku yang mengulas kondisi perempuan dan penerimaan perempuan dari beberapa masa.
Comments
Post a Comment