Ilmu pengetahuan, filsafat dan skeptis
Ketiga kata ini
memiliki ketertarikan satu dengan lainnya. Dimulai dengan sikap skeptis yang
lebih memilih untuk selalu tidak pasti
(meragukan, mencurigakan). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata
skeptis yaitu kurang percaya, ragu-ragu (terhadap keberhasilan ajaran dan
sebagainya): contohnya; penderitaan dan pengalaman menjadikan orang bersifat
sinis dan skeptis. Dalam penggunaan sehari-hari skeptis-isme bisa berarti:
- Suatu sikap keraguan atau disposisi untuk keraguan baik secara umum atau menuju objek tertentu;
- Doktrin yang benar ilmu pengetahuan atau terdapat di wilayah tertentu belum pasti; atau
- Metode ditangguhkan pertimbangan, keraguan sistematis, atau kritik yang karakteristik skeptis (Merriam-Webster).
Jadi secara umum
skeptisisme adalah ketidakpercayaan atau keraguan seseorang tentang sesuatu
yang belum tentu kebenarannya sehingga menimbulkan keingintahuan dan menggali
kebenaran dengan hipotesa sehingga muncul teori ataupun kebenaran baru atau
bahkan semakin menguatkan teori terdahulu.
Imu menyodorkan
fakta berdasarkan bukti yang sudah dikaji kebenarannya. Kecenderungan
orang-orang yang skeptis akan meminta bukti dari sebuah ilmu, tidak dengan
mudah menerima sebuah fakta baru dengan argumen penguatan saja tidak cukup.
Skeptisime sebagai sebuah pemahaman bisa dirunut dari yunani kuno. Pemahaman
yang kira-kira secara gampangnya “tidak ada yang bisa kita ketahui”, “Tidak ada
yang pasti” “Saya ragu-ragu.” sebuah pernyataan yang akan diprotes karena
memiliki paradoks. Jika memang tidak ada yang bisa diketahui, darimana kamu
mengetahuinya. Jika memang tidak ada yang pasti, perkataan itu sendiri sesuatu
kepastian. Setidaknya dia yakin kalau dirinya ragu-ragu. Sehingga teori yang
baru dimunculkan, akan semakin kuat dikarenakan sudah mengalami pembandingan.
Dalam filsafat,
skeptisisme atau paham skeptis lebih merujuk bermakna khusus untuk suatu atau
dari beberapa sudut pandang. Termasuk sudut pandang tentang:
- Sebuah pertanyaan,
- Metode mendapatkan pengetahuan melalui keraguan sistematis dan terus menerus pengujian,
- Kesembarangan, relativitas, atau subyektivitas dari nilai-nilai moral,
- Keterbatasan pengetahuan,
- Metode intelektual kehati-hatian dan pertimbangan yang ditangguhkan.
Sikap skeptis adalh
sebuah pendirian di dalam epistemologi (filsafat pengetahuan) yang menyangsikan
kenyataan yang diketahui baik ciri-cirinya maupun eksistensinya. Para skeptikus
sudah ada sejak zaman yunani kuno, tetapi di dalam filsafat modern, Rene
Descartes adalah perintis sikap ini dalam metode ilmiah. Kesangsian descartes
dalam metode kesangsiannya adalah sebuah sikap skeptis, tetapi skeptis-isme
macam itu bersifat metodis, karena tujuan akhirnya adalah untuk mendapatkan
kepastian yang tak tergoyangkan, yaiutu: cogito atau subjectum sebagai onstansi
akhir pengetahuan manusia. Di dalam filsafat D.Hume kita menjumpai skeptisme
radikal, karena ia tidak hanya menyangsikan hubungan-hubungan kausal, melainkan
juga adanya substansi atau realitas akhir yang bersifat tetap.
Dalam filsafat
klasik, mempertanyakan merujuk kepada ajaran mengenai "Skeptikoi".
Dalam ilmu filsafat dari yang dikatakan bahwa mereka "tidak menyatakan
apa-apa selain pandangan sendiri saja." (Liddell and Scott). Dalam hal
ini, keraguan filsafati, atau Pyrrhonisme adalah posisi filsafat yang harus
menangguhkan satu keputusan dalam penyelidikan.
Seturut dengan sikap skeptis banyak filsafat dan penemu untuk mengkaji
banyak hal dan mempertontonkan agar dapat dievaluasi oleh ramai masyarakat
sehingga mendapatkan revisi-revisi dan teori tersebut layak dipublikkan.
Jurgen Habermas adalah seorang filsuf dan sosiolog dari Jerman. Ia adalah generasi kedua dari Mazhab Frankfurt. Jurgen Habermas adalah penerus dari Teori Kritis yang ditawarkan oleh para pendahulunya. Teorinya juga bisa membuat sesuatu menjadi layak atau bahkan tidak layak untuk umum dan atau yang seharusnya.
Jurgen Habermas adalah seorang filsuf dan sosiolog dari Jerman. Ia adalah generasi kedua dari Mazhab Frankfurt. Jurgen Habermas adalah penerus dari Teori Kritis yang ditawarkan oleh para pendahulunya. Teorinya juga bisa membuat sesuatu menjadi layak atau bahkan tidak layak untuk umum dan atau yang seharusnya.
Comments
Post a Comment