OPERA BATAK MENCARI SIJONAHA

Jhon Fawer Siahaan
 
mencari sijonaha (teks dan sutradara: thompson hs)

sinopsis

Inang sudah lama bertanya-tanya ke mana arah kepergian Sijonaha. Namun setiap malam Inang hanya dapat melantunkan doding Simalungunnya untuk melupakan rindu kepada anak angkatnya itu. Tapi terkadang Inang rindu juga mendengarkan kecapi Sijonaha dan berharap kembali dengan suara kecapi itu untuk kebersihan sawah dan ladangnya. Dia mencoba menceritakan diri Sijonaha ketika malam sudah mulai larut sambil meneruskan pekerjaannya membentuk keranjang bambu. Sewaktu pagi dua orang datang ke rumah Inang membawa kabar tentang Sijonaha. Inang dengan pakaian setengah dada terburu menyambut keduanya. Sambil menghempangkan tikar Inang terus bertanya-tanya atas kedatangan kedua orang itu. Satu berasal dari Siantar dan satu lagi berasal dari Medan. Rupanya mereka berdua mendengar kabar kematian Sijonaha dengan berbagai versi. Kabar kematian Sijonaha membuat Inang bertambah sedih. Meskipun terkadang tidak yakin kalau Sijonaha sudah mati. Keduanya diminta untuk mencari Sijonaha. Inang memberikan ciri-ciri Sijonaha kalau mungkin masih hidup. Tapi kalau benar-benar sudah mati tempatnya dikubur harus ditemukan. Maka dalam pencarian kedua orang itu banyak hal ditemukan cerita tentang Sijonaha. Keduanya mencoba menyisir kemungkinan ke wilayah Simalungun dan perbatasan. Setelah mendengar ceritanya berkembang, mereka pergi juga ke Samosir dan terkecoh mengejar kabar Sijonaha berada di Sidikalang dan Kabanjahe. Orang-orang yang mereka temui ada mirip-miripnya dengan ciri dan perilaku Sijonaha. Lalu keduanya tanpa sadar berperilaku seperti Sijonaha sebelum menemukan yang asli, seorang penipu.

pemeranan 
1. INANG (Zulkaidah), ibu angkat Sijonaha di Simalungun 2. JASOMAN (Ojax), salah seorang pemuda dari Siantar yang disuruh mencari Jonaha bersama Bobak. 3. BOBAK (Agus Susilo), konon sama nama dengan teman Sijonaha dalam versi Pakpak. 4. PAK PURBA (Jhon Fawer), narasumber di Urung Pane dan menjawab tidak sesuai pertanyaan karena tulinya. Kalau dengan suara keras baru sedikit mengerti maksud orang. 5. PAK LAHI (Adie), Narasumber dekat Simarjarunjung 6. PAK TIO, orang Tigaras pemilik perahu. 7. BORU SAMOSIR (Sidratul Muntaha), pemilik kedai yang mengetahui sedikit soal Sijonaha, terutama terkait sumpit dan batu asahan Sijonaha menipu dan Altup. 8. BUNGA (Wika), putrinya Boru Samosir. 9. PAK GOLAN, Pelatih Opera Batak untuk anak-anak sekolah. 10. PA BELUH (Manguji), yang merngetahui cerita si Jonaha di Tanah Karo. Kadang-kadang dia punya teman ngobrol (Jones Tarigan). 11. PA PEKAK (Suwarsono), yang memandu Jasoman dan Bobak ke Sidikalang. 12. MPU PEDIK (Herdin), Narasumber soal Jonaha/Jinaka di Sidikalang. Dia bisa punya teman bercakap (Kristo Berutu). 13. PEMUDA DAN PEMUDI MARSAPU-SAPU (Tengku Haris, Adie, Ruth, Wika) 14. Figuran (Para Penari, Penduduk yang Membagi Tanah, Masyarakat- Pekan, Hendra Ginting, E. Boru Silaban dan lain-lain)
urutan alur 1. DI SEBUAH TEMPAT ACARA MARSAPU-SAPU (Inang, Pemuda/Pemudi Marsapu-sapu) Bunyi alu menumbuk beras kedengaran. Suasana satu acara marsapu-sapu. Inang pulang dari sana kelihatan sedih karena sempat membayangkan di dalam kerumunan muda-mudi yang menari akan muncul Sijonaha. Hatinya juga semakin terganggu ketika beberapa orang dari depannya melintas bergembira dan saling berkejaran untuk menyapukan tepung beras ke tubuh seorang pemuda. Kemudian dia menyanyi mendayu-dayu seperti ungkapan kesedihan hatinya. Sambil berjalan terus menuju rumahnya Inang seperti mencari-cari kemungkinan di sekelilingnya. 2. SENDIRIAN HIDUP (Inang) Di rumah Inang mencoba melanjutkan pekerjaannya membuat keranjang bambu. Suasana musik Simalungun mengiringi sesaat sebelum Inang bicara sendiri tentang Sijonaha. Dia juga tiba-tiba teringat masa lampau dalam kesendiriannya. Sehingga dia menyanyikan lagu mirip “Tadingma Ham”. 3. DUA ORANG PEMUDA DATANG (Inang, Jasoman) Selama Inang menyanyikan lagu itu, dua orang pemuda seperti mendengar nya. Kemudian satu orang mengetuk pintu dan satu orang belakangan masuk setelah beberapa si pemuda menanyai kesedihan Inang. ”Sebentar ya, Inang. Ada temanku di luar,” kata si pemuda itu. Di dalam rumah si Bobak memperkenalkan dirinya. Rupanya si pemuda belum dikenal betul oleh Inang. “Namaku Jasoman, Inang.” 4. DUA PEMUDA INGIN MEYAKINKAN (Inang, Jasoman, Bobak) Kembali kesedihan dan kerinduan Inang kepada Sijonaha mengusik kedua pemuda itu. “Kalau Jonaha sudah mati, lupakan sajalah, Inang.”. Namun Inang tidak percaya kalau Jonaha sudah mati. “Tolonglah kalian cari dia ya,” pinta Inang. Keduanya rada-rada kenal Jonaha. Setelah diceritakan Inang kepintarannya maka keduanya teringat dengan sosok pintar yang konon dikenal sebagai Jonaha. Si pemuda lalu bercerita tentang Jonaha yang pernah mendapat uang dari kernet mobil dan menumpang bus ke Siantar. Cerita dilanjutkan si Bobak ketika mau pulang ke Dolog, Sijonaha pergi ke Kantor Polisi bilang ada mesin uang di kampungnya. 5. MINTA DIBERANGKATKAN DENGAN DAYOK (Inang, Jasoman, Bobak) Inang sempat tertawa dengan cerita kedua pemuda itu. Namun tiba-tiba dia sedih menangis. Kedua pemuda itu merasa tidak berdaya menghentikan tangis Inang. Lalu mereka berjanji akan mencari Sijonaha. Sebelum mereka berangkat, mereka minta dibuatkan “dayok binatur” oleh Inang. Musik Simalungun mengiringi gaya bersantap kedua pemuda. Kemudian mereka permisi untuk mencari Sijonaha. 6. SEMPAT BINGUNG (Jasoman, Bobak) Kedua Pemuda sempat bertanya balik kepada Inang. “Ke mana harus kami cari Sijonaha, Inang?” Kemudian mereka mencoba membuat rencana pencarian. 7. KE URUNG PANE (Jasoman, Bobak, Pak Purba) Sebelum mereka sampai di Urung Pane mereka bertemu dengan Pak Purba. Mereka mendengar cerita soal asal-usul dan parik Sijonaha. Katanya Sijonaha dari kecil diasuh oleh raja kampung sebelum diusir. 8. KE SIMARANJARUNJUNG (Jasoman, Bobak, Pak Lahi) Dekat Simarjarunjung mereka ketemu Pak Lahi sedang melukis. Kedua bertanya dengan gaya wartawan soal Sijonaha. “Apakah bapak kenal Sijonaha? Bagaimana ciri-cirinya menurut penglihatan bapak? Siapakah yang mengasuhnya waktu kecil? Kenapa dia diusir dari Urung Pane? Kemana dia pergi setelah diusir dari Urung Pane? Apa betul dia punya marga?. Pak Lahi hampir marah: “Ah, kalian sudah menggganggu!” Jasoman dan Bobak minta maaf. 9. MENYEBERANG DARI TIGARAS (Jasoman, Bobak, Boru Samosir, Bunga) Ke Samosir mereka menyeberang naik perahu melalui Tigaras dan menyanyikan lagu “Sing Sing So”. Perahu itu mereka ambil saja perahu itu sebelum Pak Tio berteriak-teriak. Di Simanindo mereka tenggelamkan perahu itu, karena tidak mungkin lagi menyeberang ke arah Tigaras. “Kemana kita cari Sijonaha di Samosir ini, kedan?” Beberapa saat mereka berjalan ke arah sebuah kedai. 10. LAGU BERJUDUL “SUPIR MOTOR LAMA” (Boru Samosir, Jasoman, Bobak, Bunga) (DINYANYIKAN BORU SILABAN DAN ALISTER) kedengaran. Di dalam kedai mereka ketemu dengan Boru Samosir. Beberapa saat di kedai mereka minta satu gelas saja kopi. “Temanku ini tak bisa minum kopi, namboru!” .... “Bilang mau minum apa kau!” Bobak agak mengancam temannya. “Begini saja, ito. Nanti bisa kupesan teh. Aku butuh cerita ito tentang Sijonaha. Nanti Di sela-sela cerita Si Bunga muncul memberi teh untuk Jasoman. Boru Samosir menceritakan kebiasaan Jonaha main judi dan menipu seseorang bernama Pandorap dengan sumpitnya. “Lalu ke mana perginya Sijonaha setelah menipu si Pandorap?” tanya mereka. Cobalah cari ke Pangururan. Kalau penipu gampang dicari di sana.” Jasoman dan Bobak tidak membayar minumannya. Malah minta uang untuk menggenapkan hutang yang dijanjikan bayar kalau Jonaha ditemukan di Pangururan. 11. BERLATIH OPERA BATAK (Pak Golan, Anak-anak yang Dilatih, Jasoman, Bobak) Pak Golan muncul di suatu tempat dan seperti menunggu orang yang mau dilatihnya. Lalu dia memainkan lagu tertentu dengan serulingnya. Selesai itu muncul orang-orang yang dilatihnya. Dia sempat membentak dan akhirnya menghukum mereka dengan mempraktikkan gaya hewan-hewan tertentu, seperti monyet, anjing, dan lain-lain. Nanti mereka berpapasan di tengah jalan sampai dua kali dengan kedua pemuda itu. (Lagu "Pulau Samosir" mengiringi perjalanan mereka). Rupanya Pak Golan dengan orang yang dilatihnya menuju Kedai Boru Samosir itu. Satu per satu muridnya dipanggil dengan nama-nama hewan itu untuk tampil di kedai kopi yang belum ramai pengunjung. Kemudian Boru Samosir menyinggung kedatangan kedua orang pencari Sijonaha itu. 12. CERITA PAK GOLAN DAN BORU SAMOSIR (Pak Golan, Boru Samosir, Bunga, Anak-anak yang Dilatih) “Ah, untuk apa lagi Sijonaha dicari-cari. Dia sudah diterkam harimau!” Kilas cerita sang maestro menceritakan pengalamannya waktu main judi dengan Sijonaha. Dia menceritakan Sijonaha sering berhutang kepada temannya si Tukuk, seorang yang bisu. Terakhir mereka dikelabui Sijonaha ketika ditinggal sebentar karena haus mencari air minum. Terakhir di kedai itu Pak Golan memainkan satu lakon dari Opera Batak terdahulu dan keluar seperti orang pincang. 13. TARI CAWAN (Para Penari dan Musik) 14. HAMPIR TENGGELAM DI TAO SILALAHI (Jasoman, Bobak, 4 orang Masyarakat Pekan) Jasoman dan Bobak muncul satu per satu. Masing-masing bermonolog tentang temuannya. Jasoman menceritakan Jonaha adalah seorang tuan tanah di Pangururan. “Ke mana si Bobak ini berkeliaran lagi?” 9 orang sebagai penduduk muncul di panggung untuk kilas balik pembagian tanah yang melibatkan Jonaha. Setelah kilas balik itu Bobak muncul. “Jasoman, Jasoman! Kemana kau?. Dari balik panggung Jasoman dengan panggilannya ke Bobak. Dari kesan jauh mereka bersahutan. “Kau sudah ketemu jejak sijonaha?” Bobak menjawab: “Aku sudah ketemu mirip-mirip dia! Rambutnya keriting karena direbonding!. Waktu mereka ketemu seperti terburu, “Hayo kita kejar kapal di sana. Katanya Sijonaha naik kapal itu ke arah Haranggaol! Jasoman dan bobak berlari dengan gaya slow motion dan kemudian tenggelam di danau. Mereka berenang di danau dengan arah yang berlawanan sambil memperkenalkan gaya berenangnya. “Ini gaya punggung namanya!” 15. KETEMU DI PEKAN SERIBUDOLOK (Masyarakat Pekan, Inang, Jasoman, Bobak) Suasana pekan di Seribudolok. Jasoman dan Bobak masih agak memeras bajunya. “Sudah kering bajumu?” tanya Bobak... . “Saya juga sudah. Ini bukan air Danau Toba. Tapi air keringat!” Lanjut Bobak. Tiba-tiba Inang berteriak memanggil mereka. “Hei, hei. Sudah kalian temukan anakku Sijonaha?” Mereka menjawab seadanya dan minta makan dengan perhitungan layaknya berapa kali tambah. Waktu keduanya makan, lagu “ Nangkene Larusake” dan tarian pengiringnya beraksi. Kemudian keduanya dijumpai kembali untuk menanyakan keberadaan Sijonaha. Inang menyuruh mereka kembali mencari Sijonaha ke Kabanjahe setelah membayar makanan mereka berdua. 16. DI KABANJAHE (Pa Pekak, Pa Beluh dan Teman Ngobrol, Jasoman, Bobak) Pa Pekak beraksi dengan gaya memainkan parangnya sebelum Pak Beluh dan temannya muncul. Pak Beluh menghentikan aksi pegang parang Pa Pekak dan menanyakan di mana teman-teman yang lain. Tapi Pa Pekak dengan gaya bisunya mencoba memberikan bahasa isyarat. Tidak lama Teman Ngobrol Pa Beluh muncul. “Mejuah-juah! Jenda kita kundul.Ada yang ingin kuceritakan padamu soal anak bernama Jinaka.” Teman Ngobrol langsung menjawab: “Aku pun sudah tau cerita Sijinaka... Beginilah Pamannya memanggil dia: Jinaaaakaaaaa...! Kilas balik adegan Jinaka disuruh sewaktu dimintai pamannya tempat sirih dan menampung kotoran kuda. Selesai kilas balik itu Teman Ngobrol dan Pak Beluh melanjutkan cerita Sijinaka waktu menambatkan kuda pamannya di sawah hingga akhirnya dijual di tempat perjudian. Jasoman dan Bobak muncul dengan mengucapkan: Mejuah-juah! Lalu mereka mengenalkan diri sebelum menceritakan pencarian mereka. “Jonaha sama dengan Jinaka karena ada /J/N/A/-nya” kata Bobak. Setelah ditanya lagi, mereka kemudian menceritakan kilas balik yang ditampilkan itu tadi. Pa Pekak bereaksi bilang betul cerita yang disampaikan kembali. Tapi Pak Beluh juga tidak tahu kemana bisa ditemukan jejak Sijinaka. “Dia juga tak mungkin bisa pulang ke sini.Cari kalian saja ke tempat lain.” 17. PA PEKAK MENAWARKAN JASA (Pa Pekak, Jasoman, Bobak) Sebelum mereka beranjak ke Kabanjahe, mereka mendapat tawaran dari Pa Pekak. Terjemahan tawaran itu dilakukan oleh Pa Beluh dengan sejumlah persyaratan. Misalnya, upah jasa mengantar ke Sidikalang. Lalu keduanya setuju dengan syarat ongkos mereka bertiga didahulukan Pa Pekak. “Nanti kami bayar kalau Jinaka sudah ketemu.” Musik mengiringi mereka hingga terdorong untuk menari. 18. DI SIDIKALANG (Mpu Pedik, Temannya, Pa Pekak, Jasoman, Bobak) Mpu Pedik punya teman main catur. Mereka terkadang berbahasa Pakpak sambil memainkan skakmat-nya. Tidak lama muncul Pa Peka dengan yang dipandunya. Tapi Pa Peka Cuma bisa menunjuk ke arah Mpu Pedik. “Kita saja yang menyapa duluan,” kata Jasoman. “Njuah-juah!”. “Nama temanku ini Jasoman. Namaku Bobak.” Lalu Mpu Pedik bereaksi langsung. “Hah, namamu si Bobak? Aku jadi teringat dengan Sijinaka.” Keduanya agak heran bereaksi. “Aku teringat saja,” ulang Mpu Pedik. Lalu Jasoman menarik Bobak menyingkir sebentar. “Kenapa dia langsung bisa menyinggung Sijinaka setelah kita mengenalkan nama?”. Itu menjadi pembahasan di antara mereka berdua dan tidak lagi memperhatikan Mpu Pedik sudah menedekati mereka. “Si Bobak adalah teman Sijinaka. Kenapa namamu bisa dibuat Si Bobak?” Keduanya masih bingung. Bobak agak gemetar: “Ini ancaman atau bagaimana? Ke sini dulu kau Pa Peka!”. Pa Peka bereaksi dengan parangnya lagi dan menyerang Mpu Pedik. Mpu Pedik pun bergaya silat menumbangkan Pa Peka. “Nah, kalian belum mengerti maksudku, tapi sudah langsung mau menyerang habis. Kalau betul namamu si Bobak, itu persis betul dengan nama teman Sijinaka dalam cerita yang pernah ada di sini.” “Aduh, aku jadi malu,” kata Si Bobak. Lalu tambahnya: “Tapi kalau begitu, bisakah kami mendapatkan ceritanya dari Mpung?”. Mpu Pedik memperhatikan keduanya dengan wajah yang berubah. “Untuk apa kalian mau tahu cerita itu? Itu bukan sembarang cerita kalau tak bisa kalian memberiku bayaran untuk menceritakannya.” Jasoman menjawab: “Wah, gawat. Minta bayaran pula dia. Sambil menyingkir lagi: “Dia memang betul minta bayaran atau memang tidak tahu cerita tentang Sijinaka atau Sijonaha itu?” Si Bobak: “Kukira lebih baik kita mencari Sijonaha ke tempat yang bukan seram. Di sini pasti tidak pernah Sijonaha bermukim. Atau dia mengganti marganya untuk menghilangkan jejak.:” Mereka berdua pergi saja dan meninggalkan Pa Peka belum sadar. Pa Peka dibangunkan Mpu Pedik. Pa Peka bingung sendiri dan menangis. 19. SELESAI DENGAN GUBAHAN LAGU JONAHA (Semua Pemain dan Penari) ada sebuah cerita dengan seorang nama Sijonaha begitulah disebut-sebut di simalungun dan samosir orangnya cerdik, mungkin juga licik dia datang entah dari mana jinaka dipanggil di karo demikian oleh orang pakpak masa kecilnya dia lugu tapi akhirnya pintar menipu
Reff. jonaha, jonaha... Jinaka, jinaka... engkau mungkin jadi panutan engkau juga sumber kelucuan jonaha, jonaha... jinaka, jinaka ceritamu tak perlu disembunyikan itu bukan milik seorang




Comments

Popular Posts