Mengopi dulu, bolehlah


Menyeruput kenikmatan yang mematikan di heningnya alam pikiran. Bertengger di meja warung kopi, menggali informasi biar tak kalah saing. Seperti biasany, duduk manis buat mendengar topik kemudian ikut nyeketuk dalam perbincangan, mencari cara agar ada perbedaan pendapat.

Berat memang rasanya diawal bisa nimbrung dengan mereka, penikmat kopi warung. Harus ku akui bahan dalam perbincangan di sini harus bisa dibuktikan keasliannya. alau tidak, kamu bisa jadi bahan ledekan karna kekurangsiapan bahan. Topik yang ku suka juga tertentu, seperti politik yang sedang ngaceng, atau bola yang ada bahas Barca juga realita hidup saat ini.

Kalau kamu mau menguasai topik, kamu harus bayarin dulu minum orang-orang sewarung, tapi yang paling kurang ku suka kalau ada yang minta ditraktir rokok, kalau itu saya ogah. Pola bicara di warung kopi hampir mirip, ketika menyeruput kopi menjadi alat penjejal rasa ingin tahu yang berlebihan.

Memang kalau dipikir-pikir, konsep warung kopi belum menjadi ruang publik yang Gendernya tidak diambil pusing. Warung kopi tidak mengenal gender dan status pekerjaan atau pendapatan, yang penting adalah kenikmatan kopi. Mungkin saja orang-orang yang ada di warung yang menempatkan gender berbeda.

Selamat menikmati kopimu...

Comments

Popular Posts