Tulisan dari peserta Beasiswa untuk anggota GMKI Medan 2015
Degradasi Moral Mahasiswa
Mahasiswa pada saat ini memiliki karakter yang sangat berbeda pada jaman dulu, ketika tempat hiburan masih sangat sedikit, fasilitas pendidikan yang sangat minim, serta persaingan mereka di ranah akademik yang sangat ketat. Tidak semua fasilitas yang ada, mampu digunakan oleh semua mahasiswa pada tahun 1981-an, disebabkan pada tahun tersebut fasilitas seperti komputer, tempat nongkrong hanya dapat dimiiki dan dinikmati mahasiswa dari kalangan atas saja.
Gaya hidup mahasiswa yang sudah menjorong kepada gaya hedonis, dikhawatirkan akan membuat bangsa ini menjadi larut dan terlena dengan kehidupan yang hanya fatamorgana semata. Modus mahasiswa sebagai lading eksistensi, berlimpahnya jumlah mahasiswa (dengan berserakannya beasiswa), serta peran dunia Informasi dan Teknologi (IT) membuat mahasiswa hari ini, masuk ke dalam arah, gejala dan perspektif yang berbeda.
Mahasiswa hari ini bukan hasil produk dari mahasiswa-mahasiswa dulu lagi, akan tetapi pabrik dari diri mereka sendiri. Dan apa yang membuat mahasiswa sekarang begitu berbeda dengan angkatan terdahulu? Yaitu The iGeneration. The iGeneration adalah generasi melek informasi dan teknologi, dimana bersentuhan (keep in touch) dengan dunia maya setara dengan azas hak untuk hidup (the right to live). Dan mahasiswa Indonesia hari ini pun tidak bisa tidak, mulai dicap masuk kedalam generasi ini. Social Network seperti Facebook (marak 2009) dan Twitter (marak 2011) membuat arah, gejala, dan perspektif mahasiswa hari ini sangat kontras, sehingga merekamenjadi pribadi utuh dari diri mereka sendiri yang membedakan generasi angkatan mahasiswa ini dengan angkatan-angkatan lain.
Mahasiswa hari ini tidak terpengaruh oleh dunia politik yang penuh kedustaan dan penuh pencitraan, karena mereka tahu, kondisi sebenarnya dari negara ini berada di dunia maya, dan dari media inilah mahasiswa hari ini mengambil keputusan, dan akhirnya membentuk karakter mereka sebagai agent of change. Mereka tidak percaya lagi dengan politisi di TV, koran, radio maupun majalah, mereka percaya pada sesuatu diluar sana yang dikenal sebagai netizen, milis, social media, messenger, dan forum diskusi online. Inilah yang membedakan mahasiswa hari ini dan mahasiswa dulu, yaitu aksesbilitas informasi, objektif, dan tanpa batas yang dikenal dengan nama Internet.
Saat ini, nampaknya terjadi degradasi semangat serta moral yang dimiliki mahasiswa. Kejayaan masa lalu kehilangan substansinya dan hanya sekedar menjadi nostalgia semata. Pemahaman mahasiswa terhadap peran serta tanggung jawab moralnya terhadap masyarakat mengalami pergeseran. Euforia pasca reformasi membuat mahasiswa hanyut dalam kenyamanan. Pasalnya, reformasi bukan sekedar pergantian pemerintahan lama ke dalam pemerintahan baru, namun juga perlu adanya pengawasan serta kebiasaan-kebiasaan baru yag bersifat laten agar reformasi mampu menyelesaikan masalah hingga ke akarnya. Sayangnya, hal tersebut nampaknya ‘belum sempat’ dilakukan oleh mahasiswa serta para reformis lannya.
Kesibukan mahasiswa sekarang dapat dibilang pada era ‘kegalauan’. Mahasiswa beserta gerakannya terpecah. Ketidakpercayaan antar gerakan mahasiswa yang disusul dengan sikap ‘merasa berjasa dalam sejarah gerakan mahasiswa’. Di lain hal, gerakan morak dalam bentuk aksi turun ke jalan masih merupakan sarana efektif untuk menyampaikan suatu aspirasi rakyat dan sebagai ‘pengingat’ pemerintah yang sedang berkuasa, namun di sisi lain yang tak jarang juga gerakan moral dalam bentuk aksi turun ke jalan ini mendapat cibiran oleh berbagai pihak dan beberapa mahsiswa lainnya karena dianggap tidak solutif dan hanya bisa bicara. Akibatnya, dalam gerakan moral sealin aksi turun ke jalan seperti gerakan sosial, pencerdasan masyarakat, kewirausahaan, pengembangan ilmu pengetahahuan dan teknologi mhasiswa sepakat, namun enggan turun ke jalan untuk menyuarakan aspirasi dan mengawal pemerintahan.
Perlu kita renungi bersama, permasalahan bangsa yang kompleks tentunya juga memerlukan solusi yang tidak sederhana. Gerakan mahasiswa tidak boleh ditafsirkan secara sempit, hanya turun ke jalan saja misalnya. Atau aksi sosial saja, bahkan hanya gerakan pengembangan ilmu pengetahuan. Gerakan mahasiswa merupakan perpaduan seluruh kompetensi mahasiswa yang peduli akan kemaslahatan bangsanya tanpa memparsialkan salah satu dari bentuk gerakan yang ada. Sinergitas dan pemahaman penuh terhadap gerakan mahasiswa sebagai sebuah solusi final pengawalan reformasi yang sesungguhnya sangat diperlukan, agar kompleksitas permasalahan bangsa dapat dipecahkan, oleh generasi-generasi muda yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat dan martabat bangsa di mata dunia.
Bagaimanapun, kemerdekaan Indonesia terwujud akibat andil yang besar dari para pemuda Indonesia. Kamu kah itu?
Evelyn
Maper 2011
GMKI Komisariat FH USU
Comments
Post a Comment