Tulisan dari peserta Beasiswa untuk anggota GMKI Medan 2015
GMKI Masa Kini
Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia adalah salah satu organisasi mahasiswa yg bersaha untuk menghasilkan kader-kader yang berintegritas tinggi, spritualitas tinggi dan mampu untuk mengembangkan ilmu dan wawasan yang bermanfaat bagi masyarakat, organusasi dan dirinya sendiri. Namun pada kenyataannya, tak dapat kita pungkiri bahwa GMKI masih dalam keterpurukan baik ditingkat kampus maupun secara umum.
Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia adalah salah satu organisasi mahasiswa yg bersaha untuk menghasilkan kader-kader yang berintegritas tinggi, spritualitas tinggi dan mampu untuk mengembangkan ilmu dan wawasan yang bermanfaat bagi masyarakat, organusasi dan dirinya sendiri. Namun pada kenyataannya, tak dapat kita pungkiri bahwa GMKI masih dalam keterpurukan baik ditingkat kampus maupun secara umum.
Dimana seharusnya gerakan ini beserta dengan kader-kader militannya menjadi fungsi control terhadap berbagai hal yang terjadi dimasyarakat. Namun berbagai peristiwa lahir dan dianggap sesuatu yang wajar oleh kita pasa saat ini. Menurut pandangan saya, hal ini terjadi dikarenakan sulitnya orang mencari sesuap nasi untuk melanjutkan hidup, mencari pekerjaan, menempuuh pendidikan yang layak sehingga banyak menimbuulkan sikap individualis dikalangan mahasiswa khususnya kader-kader GMKI.
Jika kita mengingat kembali masa-masa pergerakan kemerdekaan Indonesia 1945 sampai dengan masa pengguliran pemerintahan Soeharto pada tahun 1998, karya dari gerakan mahasiswa dan salah satu nya adalah GMKI merupakan salah satu penentuu dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan memaksa Soekarno-Hatta untuk memproklamasikan Kemerdekaan Republik Indonesi, 17 Agustus 1945.
Masalahnya adalah pada saat ini, mahasiswa yang dikenal sebagai penyambung lidah rakyat masih sibuk bergelut dalam ruang lingkup internalnya masing-masing, terperangkap dalam tempurung dengan menjalankan aktifitas yang kadang tidak produktif serta bersifat pragmatis, elitis, ekslusif, sehingga mengakibatkan GMKI sebagai gerakan mahasiswa terkungkung dalam arogansi organisasi, serta tegas dalam kritiknya sebagai harimau forum, tergantikan dengan kecenderungan yang baru sebagai elit bringasan yang kini tak bertaring lagi. Pertanyaan yang muncul adalah sebuah retorika yang tidak terlalu membutuhkan jawaban teoritis namun justru membutuhkan kerja praktis dan kongkrit. Posisi dilematis memang sedang kita hadapi pada saat ini, secara tidak langsung muncul pertanyaan dalam benak kita apa yang harus dilakukan oleh gerakan mahasiswa ditengah kancah permainan dan menuver borjuasi nasional ini ?
GMKI harus meleburkan diri dalam basis-basis massa rakyat, menyadarkan massa luas, dan sekaligus mengorhanisir mahasiswa dalam kampus untuk keluar bersama rakyat untuk menghaps rezim anti-demokrasi ini. Menarik mahasiswa keluar adalah suatu keharusan yang tak terelakkan lagi. Dengan banyaknya kebijakan pihak kampus yang juga akan memaksa mahasiswa-mahasiswa yang kritis ini keluar mengorganisir tetapi tidak mengabaikan kerja-kerja dalam kampus itu sendiri untuk meninggalkan asal mereka yaitu kampus mereka sendiri.
Mahasiswa harus kembali ke kampus, bukan berarti bahwa gerakan kembali kekampus disini bukan berarti bahwa mahasiswa harus kembali ke kampus disini sama dengan gerakan NKK/BKK, tapi berupa penilaian dan refleksi yang sangat yang sangat obyektif dalam memandang arah dan pola gerakan mahasiswa. Kembali kekampus bukan berarti mahasiswa untuk seterusnya menjadi kutu buku, namun gerakan ini harus mulai membangun kekuatan untuk sebuah revolusi pendidikan. Mautidak mau harus diakui bahwa menyurutnya gerakan mahasiswa juga sebagai akibatdari sistem pendidikan Indonesia yang sangat menindas. Kondisi ini yangsekarang harus mulai didobrak oleh kalangan pro demokrasi, dan ini telah dilakukan oleh sebagian besar kampus di Indonesia, namun semua ini barulah pada tahapan permukaan belum pada tataran yang lebih substansional.
Dan pada situasi ini lah GMKI seharusnya menjadi organisasi kader mampu untuk bangkit dari keterpurukan selama ini. Pandangan sebagai organisasi tua dan lamban sudah seharusnya kita bantah dan tinggal kan dan menjadi organisasi yang kembali sexy dan dapat menjawab berbagai tantangan pada saat ini. Dengan program dan kualitas kader yang lebih baik lagi.
Ut Omnes Unum Sint
Novita Siallagan
Comments
Post a Comment