Tulisan dari peserta Beasiswa untuk anggota GMKI Medan 2015
Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia
Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) yang merupakan salah satu dari organisasi kemahasiswaan yang berada di kampus, yang memiliki ciri Kemahasiswaan, Ke-kristenan, dan Ke-Indonesiaan. Setiap anggota GMKI disebut dengan kader-kader GMKI. Hal ini, dikarenakan di dalam GMKI terdapat proses pengkaderan dengan tujuan untuk membina setiap kadernya agar memiliki komitmen untuk bergerak menghadirkan Shalom Allah di tengah masyarakat sesuai dengan visinya yaitu “Terwujudnya kedamaian, kesejahteraan, keadilan, kebenaran, keutuhan ciptaan dan demokrasi di Indonesia berdasarkan kasih”. GMKI juga memiliki Tri Panji yang sangat luar biasa yang haruslah dimiliki oleh setiap kadernya sebagai identitas yang membedakan kita dari organisasi pergerakan lainnya dan haruslah tampak dalam setiap karakter kader GMKI. Tri Panji ini adalah “ Tinggi Iman, Tinggi Ilmu, dan Tinggi Pengabdian”.
28 Agustus 2013, hari tersebut adalah hari yang selalu saya syukuri dalam hidup saya, dimana pada hari itu lah untuk pertama kalinya saya di perkenalkan kepada GMKI. Kekompakan serta kekeluargaan yang ditunjukkan oleh setiap kader GMKI di ekonomi membuat saya tertarik ingin mengenal GMKI lebih dalam lagi. Untuk itu saya mengikuti masa perkenalan yang diadakan oleh GMKI cabang Medan, saat itulah saya mulai dikenalkan dengan sejarah, visi & misi, konstitusi, serta 3 medan pelayanan GMKI yaitu Gereja, Perguruan Tinggi dan Masyarakat. Hingga akhirnya pada tanggal 6 Desember 2013 saya pun di sah kan menjadi kader GMKI dibawah naugan komisariat ekonomi dan bisnis Universitas Sumatera Utara.
Sejak saat itu, sikap dan pribadi saya mulai berubah kearah yang lebih baik, dimana pada awalnya saya yang tidak tertarik untuk berorganisasi mulai merasa rindu untuk selalu hadir ke sekretariat taktis untuk mengikuti program yang diadakan oleh pengurus komisariat. Dimana saat teman-teman saya sibuk berdiskusi mengenai fashion dan gaya hidup mereka, maka saya sibuk berdiskusi mengenai teologi dan kepribadian serta problema di masyarakat bersama teman seperjuangan dan senior saya di GMKI. Proses pengkaderan yang dilakukan oleh pengurus komisariat serta kader GMKI lainnya mulai terlihat dalam hidup saya. Saya dilatih untuk memanage waktu sendiri dan orang lain, dilatih untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan lain dan bersosialisasi dengan banyak orang, berani mengajukan pendapat di depan publik, dan bisa bekerja sama dalam satu tim yang terlihat pada saat saya menjadi tim kerja Rakom, begitu pula ketika berdiskusi dengan senior serta teman-teman saya di komisariat membuat pemahaman saya akan teologi juga bertambah di GMKI.
Namun, ketika saya ingin menjadi pengurus komisariat, ternyata tidak mudah. Saya harus mendapat perlawanan dari orang tua saya yang pada awalnya memang tidak suka saya berorganisasi. Saat itu lah saya harus berjuang memberikan pengertian serta jawaban se-bijak mungkin untuk meluluhkan hati kedua orang tua saya. Mulai dari menceritakan apa itu GMKI hingga menceritakan segala yang baik dari GMKI dan menunjukkan perubahan yang baik dari saya setelah ber-GMKI, mereka akhirnya memberikan izin dengan persyaratan bawa saya tidak boleh terlibat aksi demo politik serta nilai akademik saya tidak boleh menurun. Dengan menyanggupi kedua persyaratan tersebut, saya pun berlabuh menjadi seorang biro Kerohanian dalam kepengurusan di komisariat masa bakti 2014-2015.
Memang benar ketika dikatakan bahwa perjuangan sesungguhnya terjadi ketika kita menjadi pengurus komisariat. Saya bersama rekan-rekan saya yang lain harus mampu membuat konsep dan menyusun strategi demi terlaksananya program komisariat dan supaya proses pengkaderan tetap berjalan sebagaimana mestinya. Saya juga harus tumbuh menjadi gadis yang kuat secara mental untuk menghadapi setiap dinamika yang terjadi selama kepengurusan.
Sampai saat ini saya masih bertahan dengan setiap suka dan duka, tekanan internal maupun ekternal dalam kepengurusan. Berusaha membunuh ego diri sendiri, menekan keinginan pribadi demi mendahulukan kebutuhan komisariat, mengontrol emosi demi menjaga kedamaian dalam komisariat. Saya tak pernah menyesali hal tersebut, karena apa yang saya lakukan adalah pelayanan dan saya melakukanya untuk Tuhan dan bukan untuk manusia, untuk kepentingan orang banyak dan bukan untuk kepentingan pribadi. Begitu banyak pembelajaran yang di berikan oleh GMKI bukan hanya kepada saya namun kepada kita semua, oleh sebab itu tetaplah kita menjunjung tinggi nilai-nilai GMKI dalam setiap aspek kehidupan kita agar karena pribadi kita yang mencerminkan nilai GMKI akan semakin banyak orang yang memberi hati nya untuk mau melayani dan berproses di dalam GMKI.
Demikian lah tulisan ini saya buat dan akan saya tutup dengan pesan penting yang disampaikan oleh Founding Father kita Dr. J. Leimena pada pertemuan tanggal 9 Februari 1950 di kediaman beliau :
“ Tindakan ini adalah suatu tindakam historis bagi dunia mahasiswa umumnya dan masyarakat Kristen pada khususnya.GMKI menjadi pelopor dari semua kebaktian yang akan dan mungkin harus dilakukan di Indonesia.GMKI menjadi suatu pusat sekolah latihan dari orang-orang yang mau bertanggung jawab atas segala sesuatu yang mengenai kepentingan dan kebaikan negara dan bangsa Indonesia.GMKI bukanlah merupakan Gesellschaft, melainkan ia adalah suatu Gemeinschaft, persekutuan dalam Kristus Tuhannya.Dengan demikian ia berakar baik dalam gereja, maupun dalam Nusa dan Bangsa Indonesia. Sebagai bagian dari iman dan roh, ia berdiri di tengah dua proklamasi : Proklamasi Kemerdekaan Nasional dan Proklamasi Tuhan Yesus Kristus dengan injil-Nya, ialah Injil Kehidupan, kematian, dan Kebangkitan.”
Akhir kata “ Tinggi Iman, Tinggi Ilmu, Tinggi Pengabdian” .
Wira Verina Br Bangun
Tahun Maper 2013
Komisariat Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
Comments
Post a Comment