Tulisan dari peserta Beasiswa untuk anggota GMKI Medan 2015

 Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia, Dimana Semangatmu

    GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) bukanlah nama organisasi yang pertama kali saya kenal ketika memasuki dunia perkuliahan. Ketika itu pengetahuan tentang organisasi mahasiswa di kampus tidaklah banyak. Namun saya merasa tertarik dengan GMKI karena disinilah salah satu tempat berkumpulnya saudara-saudara seiman dalam Kristus Yesus.

    Benar memang motivasi awal saya memasuki GMKI hanyalah untuk mencari teman atau relasi, namun semakin sering saya mengikuti kegiatannya, motivasi awal itu menghilang. Banyak pembelajaran yang saya dapatkan melalui kegiatan-kegiatan yang diadakan. Membuat saya lebih berani, percaya diri, dan lebih peduli melihat keadaan atau fenomena sekitar kampus, gereja, dan masyarakat. Dan saya ingin lebih banyak lagi menerima pembelajaran itu, saya ingin diproses lebih lagi oleh GMKI sehingga saya memutuskan untuk mengajukan diri sebagai Pengurus Komisariat.

    Kekaguman terhadap GMKI semakin bertambah saat mengetahui sejarah GMKI, dan hal-hal yang terjadi sepanjang berdirinya GMKI, khususnya GMKI cabang Medan. Saya merasa bangga ketika melihat perisai berwarna biru lambang GMKI. Semangat mahasiswa di zaman dulu yang menyala sehingga bersatu untuk melawan pemerintahan yang otoriter dan aksi- aksi lainnya, benar-benar membuat saya sadar bahwa mahasiswa tidak boleh dikekang pemikirannya, bahwa mahasiswa itu tidak sama dengan siswa.

    Tapi, bukan berproses dalam GMKI namanya jika tidak menangis dan kecewa dan kesal. Ketika menjadi anggota saya merasa bahwa semua kegiatan menyenangkan dan begitu juga dalam proses merancang kegiatan tersebut. Ternyata ketika menjadi pengurus komisariat, tidaklah semudah itu. Sangat melelahkan, merancang dan terutama menjalankan program tersebut. Banyak masalah yang mungkin terjadi, dan hal-hal tidak terduga lainnya. Setiap masalah itu membuat saya menangis, marah, dan kecewa karena tidak berjalan sesuai rencana. Namun, melalui hal-hal itu jugalah saya berproses dan secara tidak sadar saya mulai berkembang dalam pemikiran dan pengendalian diri. Saat seperti inilah sangat terasa bahwa, persaudaraan dalam GMKI begitu erat dan menyenangkan. Walaupun lelah sampai ingin menangis, tapi semua itu menyenangkan.

    Selama berproses juga, saya bertemu dengan banyak orang dengan berbagai latar belakang dan karakter yang berbeda. Orang-orang dengan pengalaman yang banyak dalam ber – GMKI, membuat saya berpikir : betapa hebatnya GMKI ketika masanya. Tapi, semakin saya mendengar kejayaan GMKI dulu, semakin saya juga membandingkannya dengan masa kini. GMKI memang masih tetap dipandang sebagai organisasi ekstra yang  besar, namun sebagai orang yang berada di dalamnya saya merasa ada suatu kemunduran dalam gerakan ini. Saya melihatnya dari semangat para kader GMKI yang mulai menyusut, dan kurangnya dampak yang diberikan GMKI dalam tiga medan layannya. Saya sendiri merasa apa yang saya lakukan di GMKI belumlah berdampak dan saya juga belum sepenuhnya menjadi teladan dalam berbuat baik.

    Orang-orang yang sering saya temui selama menjadi anggota dan pengurus komisariat di GMKI adalah orang dengan pemikiran-pemikiran yang luas. Mereka dapat memikirkan sesuatu hal yang bahkan saya tidak pikirkan sebelumnya, melakukan analisis dalam suatu kejadian di tengah masyarakat, memiliki sikap kritis, dan sebagainya. Saya ingin menjadi orang seperti itu, sehingga saya mulai banyak belajar dengan mencari tahu apa yang terjadi di sekitar atau hal lainnya seperti mencoba menganalisis suatu kejadian. Namun akhirnya saya sadar salah satu kekurangan GMKI saat ini, yaitu kurangnya kemampuan untuk menjalankan atau melaksanakan praktek dari setiap konsep-konsep atau rencana atau program yang akan dibuat. Dan yang terpenting juga adalah mulai berkurangnya tingkat spiritualitas dari kader GMKI sekarang, kebanyakan hanya fokus dalam gerakan mahasiswanya saja dan sering lupa tentang kekristenannya. Kita jadi sering menyepelekan kegiatan-kegiatan seperti ibadah singkat sebelum program, seakan-akan ibadah singkat hanya formalitas saja. Hal itu terbukti dari persiapannya yg kurang baik.


    Saya sendiri juga menyadari bahwa kekurangan itu masih terletak dalam diri saya. Oleh karena itu saya berusaha untuk memperbaiki diri, di mulai dengan memikirkan hal sederhana dan pasti bisa dilaksanakan dahulu, lalu dilanjutkan dengan hal yg lebih sulit setelahnya. Tentu saja harus dengan tujuan yang jelas dan harus sesuai dengan visi misi GMKI dan berdampak baik bagi orang lain sekalipun dampaknya kecil.

    Harapan ke depannya adalah agar setiap kader-kader GMKI dapat menikmati setiap proses yang terjadi, sehingga semakin rindu untuk mengisi diri dalam hal spiritualitas dan juga pengetahuan. Sehingga Semoga GMKI kedepannya menjadi semakin lebih baik, semakin menjadi teladan dalam berbuat baik juga.

    Begitu juga dengan keberanian para kader GMKI, bukan hanya keberanian untuk melakukan aksi-aksi namun keberanian itu juga haruslah dilandasi oleh fakta-fakta dan bukti yang jelas sebelum memberi pendapat. Karena modal kita sebagai mahasiswa gerakan bukan hanya keberanian saja seperti mahasiswa era orde baru, melainkan harus juga dibarengi pengetahuan yang luas juga, seperti disebut bahwa mahasiswa adalah kaum intelektual. Sebagai mahasiswa gerakan juga kita seharusnya bukan hanya membicarakan politik-politik melainkan juga harus memahami dalam ilmu atau bidang yang diambilnya di dalam kuliah dan turut andil dalam kehidupan masyarakat.

    Proses itu tidak akan pernah berhenti dalam hidup kita, oleh karena itu jangan pernah menyerah untuk mengembangkan diri kita. Akhir kata, Tinggilah Iman kita, Tinggilah Ilmu kita, dan Tinggilah Pengabdian kita.
Ut Omnes Unum Sint
Syalom.

Elma Nissy
Maper 2012 
Komisariat FEB USU

Comments

Popular Posts